Pikiran Berulang Secara Negatif, Apa Itu Ruminasi?

Orang yang depresi biasanya merenungi kekurangan diri selalu merasa tidak mampu atau tak berharga. Pengulangan pikiran negatif macam itu menimbulkan kecemasan dan berakibat depresi makin dalam.

Pikiran Berulang Secara Negatif, Apa Itu Ruminasi?
ilustrasi orang yang sedang berpikir

Kondisi ruminasi pikiran berulang mengenai kenangan atau pengalaman masa lalu. Ruminasi tergolong salah satu kesamaan dengan kecemasan dan depresi. Mengutip Psychology Today, kondisi ini mengalami merenungi hal yang sama berulang-ulang, tapi tidak produktif atau bukan menyelesaikan suatu masalah.

Orang yang depresi biasanya merenungi kekurangan diri selalu merasa tidak mampu atau tak berharga. Pengulangan pikiran negatif macam itu menimbulkan kecemasan dan berakibat depresi makin dalam.

Discover your Hidden Potential through Developing a Growth Mindset
Growt Mindset merupakan pola pikir yang dapat membantu kamu untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi diri. Di kelas Discover your Hidden Potential through Developing a Growth Mindset akan berisikan pembahasan tentang Growth Mindset dengan materi sebagai berikut:Mengenal apa itu Growth MindsetMen…
Kelas Mengembangkan Pola Pikir di Kelas Bersama

Apa itu ruminasi?

Saat ruminasi, fungsi otak berperan dalam beberapa cara, tapi berpusat terhadap ingatan. Mengingat berbagai hal dalam jaringan saraf. Merenungi berlebihan pikiran negatif atau pengalaman buruk dipengaruhi kecemasan dan depresi.

Kondisi ini rentan berakibat ketakmampuan berpikir solusi secara luwes. Otak sulit untuk beralih ke perspektif lain untuk menemukan jalan keluar dari masalah. Keadaan itu yang memicu pikiran secara berulang negatif semakin intensif.

Mengutip Psychiatry, ruminasi mendorong makin dalam perasaan negatif yang mengakibatkan diri terus kesusahan. Ketika seseorang dalam suasana hati tertekan mengalami ruminasi cenderung mengingat lebih banyak hal negatif yang terjadi pada masa lalu. Situasi dalam kehidupan dipandang terus negatif dan putus asa tentang masa depan. Ada dorongan menghanyutkan diri dalam masalah yang membuat sulit untuk menuju solusi.

Merujuk laporan Rumination Syndrome (2021), ruminasi memiliki hubungan dari berbagai bentuk psikopatologi seperti gangguan kecemasan, depresi, gangguan obsesif kompulsif (OCD), gangguan stres pascatrauma (PTSD).

Ruminasi memperburuk psikopatologi dan mengganggu proses pemecahan masalah. Ruminasi berdampak kemampuan penyelesaian masalah, berkurangnya dukungan sosial, menurunkan kemampuan kognitif, dan menghambat produktivitas.

Tulisan ini merupakan karya Malini yang telah dipublikasikan di tempo.co