PAGI HARI DI 17 AGUSTUS

Pagi di hari jadi negara ini, aku masih mengais kata-kata di otak para legenda dan bertumpu tangan di hadapan sajak lama untuk bertahan hidup.

PAGI HARI DI 17 AGUSTUS
Oleh Syandria Laila Putri

Aku kesiangan lagi. ayam-ayam sudah kenyang dan aku

baru bangkit dari rebahan semalaman. upacara di istana sana

sudah setengah jalan, aku melewatinya saat pergi ke kamar mandi

dengan handuk di bahu kiri dan nyawa yang masih pontang-panting.

Pagi hari di 17 Agustus aku sarapan roti tanpa isi karena di kulkas

cuma ada segelas sunyi yang habis kuteguk dalam duduk. maka

kusantap saja roti yang hanya ditaburi kebebasan, didampingi

sesuap kemerdekaan yang diaduk rata. menyegarkan sekaligus

mengkhawatirkan, mengingat ia menjadi rentan basi.

Pagi di hari jadi negara ini, aku masih mengais kata-kata

di otak para legenda dan bertumpu tangan di hadapan

sajak lama untuk bertahan hidup.

Pagi hari di tengah sorai harapan, aku yang kembali masuk kamar

langsung ditodong pertanyaan “hari ini kerjamu apa?” oleh

foto para pahlawan yang bertengger di dinding kamar. semuanya

menertawai ketidaktahuanku hari itu; seseorang yang bingkainya berada

di paling atas berdecih, “cerita lama pengundang bosan”, dan menguap.

Tempo - Kelas Bersama
Kelas Menulis Untuk Pemula di Kelas Bersama
Karya Syandria Laila Putri
Sebagai penugasan di kelas Menulis Fiksi Kreatif: Mengukir Ekspresi Lewat Puisi dan Prosa pada 12 Agustus 2023