Menelusuri Kekuatan Viralitas dan Respons Masyarakat pada Fenomena “Bercyanda”

Bercyanda yang akhir-akhir ini ramai menjadi perbincangan di masyarakat tentu saja tidak lepas dari perananan masyarakat itu sendiri dalam membagikan konten.

Menelusuri Kekuatan Viralitas dan Respons Masyarakat pada Fenomena “Bercyanda”
ilustrasi

Siapa yang timeline X, TikTok, dan Instagramnya akhir-akhir ini ramai cuitan dan soundbercyanda”? Ayo, angkat tangan! Tidak hanya berupa cuitan atau sound, tapi satu kata ini juga sudah ramai dijadikan bahan meme atau stiker di WhatsApp, lho!

Berawal dari dirinya diwawancarai oleh seorang konten kreator TikTok bernama Danang Giri Sadewa (@thesadewa), Abigail Genueve Arista Manurung atau biasa dipanggil Gege, menceritakan pengalamannya masuk Universitas Gajah Mada. Di sela-sela ceritanya tersebut, ia menyelutukkan kata bercyanda yang akhirnya viral dan menjadi di jagat media sosial.

Bercyanda yang akhir-akhir ini ramai menjadi perbincangan di masyarakat tentu saja tidak lepas dari perananan masyarakat itu sendiri dalam membagikan konten. Cohen (2014) membagikan makna viral sharing yang merujuk pada penyebaran konten dari satu individu ke individu lain lewat jejaring sosial berbasis internet mereka.

Wah kalau begitu, berarti peran media sosial dan masyarakat besar ya? Tentu, dong! Menurut Alhabash, S. et al. (2015), ketika seseorang melihat suatu video yang membuat mereka senang, mereka akan berada pada titik bahwa rasa senang itu harus dilepaskan dengan cara mengklik tombol suka atau berbagi, atau bahkan mengeluarkan lebih banyak sumber daya kognitif dalam mengomentari konten atau bisa disebut viral behaviour (likes, shares, and comments). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa beberapa masyarakat Indonesia menyukai sound bercyanda” dan bagaimana itu dapat digunakan ketika berkomunikasi kasual.

Jika kita menilik akun TikTok Gege (@geuneve), kita akan menemukan beberapa videonya yang juga menggunakan sound “bercyandha”. Salah satunya adalah video di bawah ini, yang baru saja diunggah 3 hari lalu.

TikTok (@geuneve)

Gege juga sudah mengunggah beberapa video kerjasama mempromosikan suatu barang atau jasa yang bisa disebut endorsement. Ia juga pernah diundang untuk menjadi bintang tamu di sebuah acara salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia.

TikTok (@zulfikarnio)

Apakah terjalinnya kerjasama ini adalah karena brand melihat nama Gege yang sedang naik daun akhir-akhir ini dan dapat meningkatkan brand awareness dari masyarakat terhadap brand tersebut? Bisa jadi. Bagaimanapun, masyarakat Indonesia sedang ramai membicarakan bercyanda dan bicara soal kata viral tersebut tidak akan terlepas dari pencetusnya.

Selain bercyanda, apakah kalian masih ingat dengan “TBL TBL TBL, takut banget loh”? Kata ini juga sempat ramai beberapa waktu ke belakang. Bahkan sampai saat ini, masih ada beberapa content creator atau pengguna media sosial di Indonesia yang menggunakan istilah TBL di konten, cuitan, maupun komentar.

Media sosial telah mengubah cara kita berkomunikasi dan berbagi informasi. Suatu kata atau tren bisa menjadi viral dalam hitungan jam atau bahkan menit. Ketika suatu kata atau tren menjadi viral, ia memiliki potensi untuk menyebarkan pesan-pesan penting, seperti kampanye kesadaran lingkungan, gerakan hak asasi manusia, atau informasi kesehatan masyarakat.

Nah dengan melihat viralnya kata bercyanda atau TBL (takut banget, loh) yang begitu cepat dan masih diingat dan digunakan masyrakat, maka kita harus ingat bahwa setiap kata yang kita tulis, setiap tindakan yang kita lakukan di media sosial memiliki dampak untuk diri kita dan orang lain.

Karya Elsa Mutiara
Sebagai penugasan di kelas Menulis Artikel Viral tanpa Clickbait pada 24 September 2023